Sabtu, April 27, 2024
BerandaIndexPeristiwaCerita Sang Ayah Ketika Anaknya Meninggal Gegara Dipaksa Pakai Peryataan COVID-19

Cerita Sang Ayah Ketika Anaknya Meninggal Gegara Dipaksa Pakai Peryataan COVID-19

MOJOKERTO, Xtimenews.com – Cerita sang ayah yang anaknya meninggal dunia karena terlambat dirujuk dari rumah sakit swata di Mojokerto. Proses rujukan itu berjalan lama lantaran orang tua sang anak tak mau menandatangani surat persetujuan perawatan COVID-19.

Anak tersebut adalah SS (13) warga asal Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto. Ia merupakan santri di sebuah Pondok Pesantren di Kecamatan Jatirejo. Anak perempuan itu merupakan anak pertama dari 3 bersaudara pasangan NS (40) dan AR (38).

NS, ayah korban menceritakan, awalnya anak pertamanya itu mengalami luka pada kaki gara-gara terjatuh saat menuruni tangga dari lantai dua di pondok pesantrennya pada Sabtu (26/9).

“Senin (28/9) itu dia pulang, makannya banyak tidak seperti biasanya seperti orang sehat. Selasa (29/9) pagi itu baik-baik saja. Habis tidur siang, dia kejang-kejang dan muntah-muntah,” kata NS Jumat (2/10/2020).

Kemudian SS dibawa ayahnya ke rumah sakit yang ada di wilayah Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto sekitar pukul 15.00 Wib.

Sebelum masuk ke IGD korban sempat menjalani rapid test dan hasilnya reaktif.

“Foto thoraks terdapat bercak putih pada paru-paru anak saya,” ujarnya.

Dengan alasan peralatan yang ada di rumah sakit kurang lengkap, dokter menyarankan korban dirujuk ke RSUD Dr Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto sekitar pukul 19.00 Wib.

“Saya diminta tanda tangan peryataan COVID-19, saya tidak mau. Katanya itu syarat agar bisa dirujuk ke rumah sakit lain. Padahal anak saya dalam kondisi tak sadarkan diri,” tegas NS.

“Masa anak saya baru masuk rumah sakit beberapa jam sudah dinyatakan COVID-19,” tambahnya.

Pihak rumah sakit tidak memberikan surat rujukan korban sebelum pihak keluarga menandatangani surat yang sudah dibuat pihak rumah swasta itu. Akhirnya NS memilih memulangkan paksa putrinya sekitar pukul 22.00 WIB.

“Saat itu kondisi anak saya sudah lemas, tidak sadarkan diri, tapi masih bernafas. Jadi tidak saya bawa pulang, tapi langsung saya bawa ke RS Gatoel menggunakan kendaraan pribadi,” tegas NS.

Sayangnya saat perjalanan putri NS meninggal dunia. Namun tetap NS membawa putrinya ke RS Gatoel.

“Saat diperiksa dokter detak jantungnya tidak ada. Kemudian disuruh membawa pulang pakai ambulans dan kami makamkan tanpa prosedur COVID-19,” terangnya.

Ia berharap akibat kejadian ini pihak rumah sakit yang dimaksud bisa memperbaiki pelayanan kepada pasien.(den/gan)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments