SIDOARJO, Xtimenews.com – Sebuah restoran di Sidoarjo menyediakan makan siang untuk warga yang sedang menjalani isolasi mandiri (isoman). Meskipun mengalami penurunan omset sejak adanya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat namun, tidak membatasi niat pemilik resto untuk berbagi.
Nur Haesih, pemilik Asap-asap steak and soup mengatakan, meskipun saat ini resto miliknya sedang merasakan dampak PPKM Darurat namun, ia berusaha untuk memberi manfaat bagi lingkungan sekitar.
“Kita punyanya makanan, kita bisanya masak jadi kita berbaginya nasi. Semoga bermanfaat bagi yang membutuhkan terutama yang sedang isoman,” ucap Nur Haesih, Rabu, (7/7/2021).
Perhari, resto yang berada di Jalan Raya Komplek Perumahan Taman Pinang Indah, Sidoarjo ini menyediakan 20 porsi makan siang untuk penderita Covid-19 yang sedang menjalani isoman di rumah.
“Ada teman-teman dari komunitas yang ambil kesini jadi nanti mereka yang membagikan ke warga isoman. Kita berusaha memahami mereka, isoman kan gak bisa keluar kemana mana jadi kita masakin,” jelasnya ketika ditemui xtimenews.com di restoran.
Sementara itu, Wina, relawan sedekah centelan mengatakan, saat ini, banyak warga yang sedang menjalani isoman di rumah mengeluh kesulitan mencari makan dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Jadi kita swadayakan temen-temen kita urunan. Alhamdulillah untuk makan siang kita di suport Asap-asap,” ucap Wina usai membagikan makan siang ke warga isoman di Desa Lebo.
Untuk makan malam, Wina mengatakan, dari hasil swadaya yang didapat, ia memberdayakan janda-janda di desa tersebut untuk memasak di rumahnya masing-masing. Wina juga memberikan kontribusi kepada janda sebagai bentuk balas jasa karena telah bersedia menjadi relawan memasak.
“Kita kasih kontribusi buat masak-masak seadanya yang penting mencukupi kebutuhan gizi warga isoman sampai benar-benar pulih,” imbuhnya.
Selain makanan, warga yang sedang menjalani isoman juga membutuhkan suplemen multivitamin, buah-buahan dan rempah-rempah sebagai pengganti susu steril siap minum yang saat ini sedang langka di pasaran.
Berdasarkan pantauan Wina di lapangan, tidak semua warga yang terpapar Covid-19 berani melaporkan kondisinya ke perangkat desa setempat. Hal ini diduga stigma masyarakat masih menganggap bahwa Covid-19 adalah aib dan khawatir dikucilkan oleh lingkungan sekitar.
“Ada sebagian warga yang belum melapor, mungkin takut dikucilkan atau kecemasan yang berlebihan,” tandas Wina.(vin/den/gan)