MOJOKERTO, Xtimenews.com – Warga Dusun Sumemi Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari Kabupeten Mojokerto mengeluhkan terhadap pelaku usaha pengolahan pembersihan usus ayam di desa setempat yang membuang limbah di aliran sungai Ledeng.
Pembuangan limbah usus ayam oleh pelaku usaha pengolahan ayam yang dipasok dari perusahaan pemotongan ayam itu mencemari sungai Ledeng sudah hampir puluhan tahun. Limbah tersebut menyebabkan air terkontaminasi dan berminyak. Ditambah lagi dengan bau tak sedap yang dihasilkan oleh limbah usus ayam tersebut.
“Sudah hampir 10 tahun kondisinya seperti ini. Kalau musim hujan baunya tidak seberapa tapi kalau kemarau baunya sangat tidak sedap, bahkan airnya warna merah,” kata Afandi (50) kepada wartawan warga Dusun Sumemi Desa Modopuro Kecamatan Mojosari, Mojokerto, Selasa (05/11/2019).
Menurut Afandi, akibat dari limbah sisa pencucian kotoran usus ayam itu membuat dirinya harus membeli air galon untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. “Kalau buat masak sama minum beli air galon. Jadi air sumur cuma buat mencuci saja,” terangnya.
Afandi harus merogoh kantong yang lumayan besar untuk membeli air setiap harinya. Sehari dia menghabiskan 1 galon untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Seperti memasak dan kebutuhan lain yang membutuhkan air bersih.
“Satu hari 1 galon, harganya Rp 3 ribu per-galon. Jika 1 hari Rp 3 ribu kalau seminggu jadi Rp 21 ribu. Belum yang buat minum,” bebernya.
Selain itu kata Afandi dampak dari air sungai yang tercemar limbah sisa pembersihan usus ayam itu juga menyebabkan rumahnya menjadi sarang nyamuk.
“Ya itu tadi nyamuknya juga banyak. Selama dua hari ini kan hujan jadi tak seberapa bau. Tapi kalau kemarau baunya menyengat,” ujarnya.
Ada sekitar 8 pelaku usaha pembersihan usus ayam yang ada di Dusun Sumemi dan Dusun Bangsri, Kecamatan Mojosari yang dipasok dari perusahaan pemotongan ayam.
Afandi bersama warga lain yang terdampak juga sudah pernah mengadukan masalah pencemaran lingkungan ini kepada pemerintah desa. Namun hingga saat ini tidak menemukan hasil.
“Dulu-dulu warga juga sudah datang ke balai desa katanya dicarikan solusinya, cuma sampai saat ini ya tetap seperti ini,” tegasnya.
Afandi berharap pemerintah desa setempat bisa memberikan solusi terhadap pencemaran lingkungan yang sudah puluhan tahun terjadi. “Saya tidak benci terhadap pelaku usaha pembersihan usus ayam, cuma bagaimana solusinya agar tidak ada yang dirugikan,” tandasnya.(den/gan)