MOJOKERTO, Xtimenews.com – Usai ledakan dahsyat di pabrik bioetanol PT Energi Agro Nusantara (Enero) di Desa Gempolkrep, Kecamatan Gedeg, Mojokerto pada Senin (10/08) lalu, yang menewaskan 1 orang dan melukai 10 pekerja lainnya masih menyisakan trauma warga di sekitar pabrik.
Warga sekitar menjadi trauma dan tidak bisa istirahat dengan tenang di dalam rumah mereka. Apalagi setelah ledakan, rumah warga ada yang retak-retak.
Seperti yang dialami oleh Nurhani (42) warga Dusun Suko Sewu RT 8 RW 2 Desa Gempolkerep Kecamatan Gedeg, sejak kejadian ledakan tabung berisi bioetanol itu dirinya merasa tidak nyaman saat tidur di dalam rumahnya yang hanya berjarak sekitar 10 meter dengan pagar pabrik milik BUMN tersebut.
Bahkan, ia harus mengungsi ke desa tetangga dan tidur di rumah orang lain karena ketakutan jika terjadi ledakan lagi. Apalagi ada dua tabung yang lebih besar berjarak hanya sekitar 50 meter dari rumahnya.
“Takut, saat kejadian tidur di rumah orang satu malam. Paginya kembali pulang karena katanya perangkat Desa sudah aman,”
Saat itu kata dia, kepala Desa dan perangkat Desa setempat meminta dirinya kembali karena akan ada peninjauan rumah yang rusak akibat ledakan dari pihak perusahaan. Kebetulan saat itu rumah janda dua anak itu terkena dampak akibat ledakan itu.
“Rumah saya pintunya jebol, tembok juga retak,” kata Nurhani saat ditemui, Kamis (13/8).
Trauma yang dialami Nurhani hingga saat ini masih membayangi dirinya. Apa lagi saat dirinya ada di dalam rumah, tak jarang dia keluar rumah melihat dua tabung raksasa yang ada di bagian belakang pabrik bioetanol.
“Kurang tahu kalau isinya ada apa tidak, yang jelas takut kalau melihat kedua tabung itu,” tegasnya.
Nurhani hanya bisa pasrah meskipun ia takut dengan keberadaan pabrik pengelola minyak gas yang sudah berdiri sekitar 9 tahun lalu.
“Katanya ada kompensasi ganti rugi buat yang rumahnya terdampak. Tapi masih dirapatkan lagi oleh pabrik dan pihak Desa,” tegas Nurhani.
Sementara warga lain Supardi (49) juga mengkhawatirkan terjadi ledakan lagi di pabrik bioetanol tersebut. Ia merasakan ledakan dahsyat yang terjadi di PT Enero membuat rumahnya seperti di goncang gempa bumi.
“Saat ini ya masih trauma, kalau pabrik ini ditutup tidak mungkin juga,” terangnya.
Menurut dia perusahaan harusnya membenahi pagar yang mengelilingi perusahaan tersebut. Pagar yang terbuat dari besi itu tidak memadai jika terjadi ledakan. Supardi minta dibangun pagar beton setinggi 3 meter, ketebalan 0,5 meter.
“Biar aman kalau terjadi ledakan. Pagar besi masih ada celah, kalau ada ledakan pasti tembus ke permukiman warga,” ujarnya.
Humas PT Enero Ariel Hidayat menegaskan, dua tangki berkapasitas 30.000 liter dekat permukiman penduduk itu untuk menampung hasil sampingan dari produksi bioetanol untuk membuat pupuk cair. Namun saat ini tidak ada aktivitas sehingga tidak ada potensi meledak.
“Masing-masing menampung 30.000 liter. Potensi meledaknya tidak ada karena sejak insiden ledakan tidak ada aktivitas di tangki itu,” ungkap Ariel.
Ariel akan mengajukan ke manajemen terkait aspirasi warga soal pembangunan pagar pengaman untuk mengantisipasi ledakan.
“Akan kami sampaikan ke manajemen, akan kami perhatikan,” pungkasnya.(den/gan)