Kamis, Mei 2, 2024
BerandaIndexPeristiwaLama Mangkrak, Terminal Baru Mojosari Terlihat Angker

Lama Mangkrak, Terminal Baru Mojosari Terlihat Angker

MOJOKERTO, Xtimenews.com – Pembangunan Terminal Baru Mojosari yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto terkesan mati suri. Terminal yang dibangun di pintu masuk kota Mojosari itu sama sekali tidak berfungsi.

Terminal tipe B yang berada di jalan Brawijaya, Dusun Petok, Desa Tunggalpager, Kecamatan Pungging itu dibangun diatas lahan seluas 3,6 hektare (ha) sampai sekarang tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Bahkan, kondis terminal itu sangat memprihatinkan. Banyak orang tak bertanggung jawab membuang sampah secara liar di area terminal. Sejumlah pagar mengelilingi terminal juga tampak rusak. Juga, sarana tempat penerangan hampir tidak berfungsi. Tidak hanya itu, lokasinya kumuh, pos pintu masuk terminal dicoret-coret orang tak bertanggung jawab dan banyak ditumbuhi rumput liar.

Ratusan mobil angkutan penumpang umum maupun bus dari berbagai jurusan yang melintasi Mojosari enggan masuk ke terminal baru. Mereka lebih memilih untuk mencari penumpang dipinggir jalan Raya, didepan pasar, dan ditempat-tempat lain.

“Penumpang tidak ada yang mau masuk terminal,” kata Joni (65), kepada wartawan pengemudi angkot asal Desa Candirejo Baru, Kecamatan Mojosari, Sabtu (06/6/2020).

Terminal yang dibangun cukup megah ini hanya dihuni oleh beberapa sopir angkot dalam kota untuk sekedar beristirahat dan pedagang kopi dibeberapa kios yang dibangun di bagian belakang terminal.

Kondisi sepi seperti ini sudah terjadi sejak 2 bulan pasca diresmikan. Menurut Joni, tidak berfungsinya Terminal Baru Mojosari itu salah satunya karena lokasi yang tidak strategis. Letaknya cukup jauh dari pasar raya Mojosari. Sehingga, mereka para pengemudi angkutan umum yang melewati wilayah Mojosari tidak ada yang berhenti di terminal ini.

“Harusnya semua angkot masuk, petugas harus bertindak tegas. Lokasi juga jauh dari pusat perbelanjaan, jadi angkutan umum kalau kesini hanya buang-buang bensin,” tegas Joni.

Sementara, Kasi Pengendalian dan Operasional UPT LLAJ Dishub Jatim, Yoyok Kristyowahono, mengatakan terminal baru itu masih dalam penguasaan Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Perhubungan (DPRKP2) Kabupaten Mojokerto. Namun, sudah ada rencana pengelolaan terminal tipe B itu akan diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur, sehingga yang selama ini ditangani daerah menjadi tanggung jawab provinsi.

“Rencana penyerahan itu harusnya per 1 Januari 2017. Namun belum ada penyerahan Berita Acara Serah Terima Personel Pendanaan Sarana dan Prasarana serta Dokumen (BASTP3D),” ungkap Yoyok saat dihubungi xtimenews.com

Yoyok menjelaskan, penyerahan itu masih terkendala beberapa persoalan. “Itukan dulu membangun terminal sekalian dengan kantor, kalau terminal itu diminta harusnya dengan kantornya, kalau terminalnya saja kantornya dimana?, itu yang pertama jadi persoalan,” tegas Yoyok.

Menurut Yoyok, lokasi terminal itu berada jauh dari Central Bisnis Distrik (CBD). Sehingga penumpang memilih mencari angkutan umum di jalan raya yang dekat dengan pusat pembelanjaan.

“Selain itu karena lokasinya disitu sering banjir sehingga bangunan dinaikkan setinggi 1 meter. Itu kalau bus besar pasti tersangkut kalau masuk terminal,” jelas Yoyok.

Masih kata Yoyok, idealnya jika itu disebut terminal harusnya ada aktivitas turun dan naik penumpang. Terminal tersebut adalah terminal tipe B, karena saat dibangun rencananya terminal tersebut akan digunakan untuk menjaring angkutan antar kota yang melintas di wilayah Mojosari.

“Dulu itu karena ada bus jurusan Mojokerto-Pasuruan, kemudian bus Mila sejahtera jurusan Probolinggo-Jogja dan bus jurusan Kediri-Banyuwangi lewat situ, maunya menjaring ke 3 angkutan ini tapi kenyataannya animo masyarakat tidak ada yang kesana, kalau malam pun mau pindah moda transportasi yang lain kesulitan juga,” bebernya.

Ia menambahkan, seharusnya lokasi terminal itu harus prototempatif yang artinya ketika orang itu membutuhkan antar moda ada koneksitas antara moda satu dengan moda lain.

“Kemarin saya lihat retribusi masih narik kalau tidak salah itu dijalan, kenapa kok tidak di dalam? Kalau sudah mau dipaksa masuk di dalam saya yakin seperti terminal Mojokerto,” tandasnya.(den/gan)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments