“Berhasil Tekan Inflasi Dan Sumbang 60% Kebutuhan Pokok”
MOJOKERTO, Xtimenews.com – Dengan catatan sepertiga aktivitas perekonomian nasional, terjadi di Jawa timur, dari perdagangan sebagai sentral perdagangan nasional 60 hingga 70 persen kebutuhan bahan pokok berasal dari Jawa timur.
Bahkan, Inflasi Jatim hanya 2,8% dan Inflasi nasional berada diatas angka 3%, dari situ muncul wacana Jawa timur layak menjadi Ibukota Indonesia.
Wacana Jawa timur menjadi Ibukota Indonesia ini disampaikan Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekdaprov Jatim, Wahid Wahyudi, saat menghadiri hari Rimbawan di Bumi perkemahan Mojokerto kawasan pariwisata, Jalan Mustofa kamal pasa, pada Selasa (26/03) lalu.
Wahid menyampaikan, Jawa timur hanya kalah daya saing dari Jakarta dalam hal Infrastruktur, selanjutnya Jawa timur akan membangun Infrastruktur secara besar-besaran. Bahkan hasil riset internasional Asia Competitivennes Institute, bahwa, Jatim menjadi Provinsi termudah dalam menjalankan bisnis.
“Jatim dinilai memiliki nilai strategis secara Geografis 2/3, wilayah Jatim merupakan laut dengan 7 pelabuhan sebagai poros Maritim dalam alur kelautan internasional. Dari Perdagangan Jatim menjadi Sentral Provinsi-Provinsi di wilayah Indonesia timur,” katanya.
Masih kata Wahid, sumbangsih perekonomian Jatim 2017 PDRB mencapai RP 2019,19 triliun dan 14,8% menyumbang perekonomian Nasional. Perdagangan antar Provinsi, bisa menutup neraca perdagangan Ekspor-Impor internasional. Jatim masih Surplus perdagangan dalam Negeri RP 95,24 triliun.
Perang dagang Amerika dan China tidak berdampak ke perekonomian Jatim. Dan perekonomian tumbuh mencapai 5,05%, masih jauh dari nasional yang berada di angka 5,17%. Jakarta dinilai semakin macet dan Infrastruktur semakin Oveload.
“Selanjutnya, Jatim akan membangun Infrastruktur di perkotaan dan pedesaan, termasul wilayah Desa hutan dengan sumber daya alamnya,” tandas Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekdaprov Jatim, Wahid Wahyudi.
Hal ini mendapat respon positif dari masyarakat, seperti Supri (33) warga asal Prambon, Kab. Sidoarjo. Menurutnya, pemindahan ibukota tentu saja butuh pertimbangan yang matang, seperti masalah dana, infrastruktur, dan tata kota. Bisa saja dibagi beban antara Jakarta dan kota yang direncanakan akan dijadikan ibu kota itu.
“Semisal, membebankan Jakarta hanya sebagai pusat bisnis, dan kota yang dituju sebagai pusat pemerintahan. Namun, perlu banyak pertimbangan untuk mengarah ke sana,” katanya. Selasa (09/04/2019).
“Atau, barangkali wacana ini hanya akan tinggal wacana saja,” imbuh Supri.(den/gan)