Selasa, Oktober 14, 2025
BerandaIndexHeadlineIslam Agama Koboi ?

Islam Agama Koboi ?

Penulis: Didik Firdiyanto

Xtimenews.com – Akhir-akhir ini publik dibuat terkekeh dengan gaya komunikasi Menteri Keuangan yang baru, Pak Purbaya Yudhi Sadewa. Gaya bicaranya yang ceplas-ceplos, santai, dan terkesan “koboi” justru disukai banyak orang. Tanpa basa-basi, ia menjawab isu-isu ekonomi dengan gaya _los dol_ khasnya. Banyak yang menilai, gayanya terasa jujur, tidak dibuat-buat, dan mewakili suara hati publik yang sudah lelah dengan kalimat diplomatis yang muter-muter tidak jelas.

Gaya seperti ini mengingatkan kita pada sosok Gus Dur. Ia juga dikenal ceplas-ceplos, tapi penuh makna. Gus Dur bisa menegur tanpa menyakiti, bisa melucu tanpa kehilangan pesan moral. Ucapannya kadang membuat orang tertawa, tapi setelahnya diam merenung. Di balik kesederhanaan tutur kata dan joke-nya, tersimpan kedalaman berpikir yang jarang dimiliki pemimpin lain.

Kalau ditarik jauh ke masa awal Islam, gaya komunikasi terbuka seperti ini bukan hal baru. Beberapa sahabat Nabi pun punya gaya bicara yang spontan, jujur, dan tanpa tedeng aling-aling. Salah satu kisah menarik adalah ketika Nabi Muhammad SAW tengah berkhutbah tentang hari kiamat, tiba-tiba seorang sahabat Badui memotong khutbah dengan pertanyaan, “Wahai Rasulullah, kapan kiamat akan datang?”

Bisa dibayangkan, di tengah khutbah yang khusyuk, ada yang nyeletuk begitu saja. Tapi Nabi tidak marah. Beliau justru menjawab dengan tenang, “Apa yang telah engkau siapkan untuk menghadapinya?” Jawaban ini bukan hanya lembut, tapi juga mendidik. Nabi mengubah momen “koboi” itu menjadi pelajaran besar tentang introspeksi dan kesiapan diri.

Kisah ini menunjukkan bahwa Islam menghargai keterbukaan dalam komunikasi. Mereka yang berbicara dengan cara apa adanya pun diberi ruang untuk bertanya dan berdialog. Nabi tidak menilai isi hati seseorang dari gaya bicaranya, tapi dari niat dan kejujuran di baliknya.

Rasulullah SAW sendiri selalu menyampaikan wahyu dengan apa adanya, tanpa menambahi atau menguranginya. Beliau bahkan mengajarkan, “Sampaikanlah kebenaran walaupun pahit.” Artinya, kejujuran lebih penting daripada sekadar kesantunan kata. Kadang kebenaran memang tidak enak didengar, tapi justru di situlah letak keberkahan dan kekuatan Islam.

Jadi, gaya komunikasi ala “koboi” yang jujur, lugas, dan tanpa basa-basi sebenarnya tidak jauh dari nilai-nilai Islam itu sendiri. Nabi seakan mengajarkan bahwa yang penting bukan bagaimana kata disusun, tapi apa niat dan kebenaran di baliknya.

Di dunia yang penuh kepalsuan, kejujuran yang polos justru terasa segar dan mungkin, itulah yang paling kita rindukan hari ini, tapi ngomong-ngomong soal gaya koboi, kalau ada teman yang lama tidak menyapa, tiba-tiba kirim pesan WA dan bilang “pinjam dulu seratus!” Kira-kira “koboi” juga gak tuh?

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments