SIDOARJO, Xtimenews.com – Pasca terbongkarnya kelakuan bejat seorang guru ngaji pedofil di Kelurahan Sidokare, Sidoarjo. Seorang tetangga membeberkan kondisi sebenarnya di dalam rumah tahfidz Al-Mutahammisun tempat Aska Hamidullah mengajar.
Slamet Budianto, Ketua Rt. 47, Rw. XII mengatakan, bangunan yang digunakan sebagai rumah tahfidz Al-Mutahammisun itu berstatus kontrak ke warga sejak enam bulan lalu karena gedung ponpes di tempat lain sedang direnovasi.
“Katanya sih sudah menyewa dua tahun di tempat itu karena gedung ponpes di tempat lain sedang direnovasi. Ada ponpes lain di daerah Pucang, Bluru dan Pondok Jati,” ucap Slamet di rumahnya. Minggu, (16/6/2021).
Mengenai identitas santri, pengurus dan ustad yang mengajar dirumah tahfidz itu, Slamet mengatakan bahwa dirinya belum menerima data yang valid hingga sekarang.
“Saat itu mereka datang kepada saya. Namun dengan data yang tidak lengkap. Nama-nama anak dan pengurus yang tinggal disitu juga belum diserahkan ke saya sampai sekarang,” imbuhnya kepada Xtimenews.com.
Berdasarkan pengakuan Slamet, setiap sore ia melihat puluhan santri rumah tahfidz itu mengaji di masjid sekitar komplek perumahan. Usai mengaji para santri kembali masuk kerumah tahfidz itu lagi. Menurutnya, sekilas tidak ada yang aneh dirumah tahfidz itu, baik santri maupun ketiga ustadnya.
“Ustadnya ada tiga. Namun yang tinggal disitu hanya satu ustad bersama istri dan kedua anaknya. Mereka juga terlihat biasa saja, menyapa warga saat bertemu,” beber Slamet.
Menurut pengakuan seorang warga yang pernah masuk kerumah tahfidz tersebut, Slamet mengatakan, para santri yang merupakan anak yatim, piatu dan kaum duafa itu tidur di lantai yang hanya beralaskan karpet, sedangkan ustad dan istrinya tidur di dalam kamar.
“Bocah-bocah santri disitu tidur di lantai hanya menggunakan karpet sebagai alas,” katanya.
Masih dikatakan Slamet, ia sering melihat mobil pejabat plat merah baik dari Sidoarjo maupun luar kota berkunjung atau menjemput santri-santri tersebut.
“Katanya sih untuk mendapat santunan,” jelas Slamet.
Sementara itu, Salah seorang warga setempat bernama Wayan Gede mengatakan, dirinya tidak melihat kejanggalan dirumah tahfidz yang dihuni oleh anak yatim, piatu dan kaum duafa sebagai santri.
Setiap pagi, Wayan melihat para santri itu keluar berjalan-jalan di sekitar komplek perumahan yang merupakan kegiatan rutin.
“Kalau sore mereka terlihat mengaji di masjid yang berada di Utara rumah tersebut. Setelah itu kembali ke dalam rumah,” ungkap Wayan.
Spontan, Wayan mengaku sangat kaget ketika mengetahui kasus yang terjadi dirumah tahfidz yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.
“Saya tidak mengira guru yang seharusnya melindungi malah berbuat cabul dan ditangkap polisi,” pungkasnya.(vin/den/gan)