Jumat, November 22, 2024
BerandaPemerintahanDP2KBP2 Sosialisasi Program Bangga Kencana ...

DP2KBP2 Sosialisasi Program Bangga Kencana Siti Aisyah: Peningkatan Kualitas SDM, Salah Satu Upaya Menekan Stunting

MOJOKERTO, Xtimenews. com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto, melalui Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan ( DP2KBP2) mengadakan Sosialisasi program Bangga Kencana, Jumat, (17/12/2021), di kafe DT, jalan R.A Basoeni, Sooko, Kabupaten Mojokerto.

Sosialisasi ini digelar untuk mengatasi jumlah stunting di Kabupaten Mojokerto yang berjumlah sekitar 30,5 persen atau setara dengan sepertiga dari jumlah anak. Itu artinya angka tersebut cukup tinggi dibawah catatan angka nasional.

Stunting merupakan kondisi gangguan kesehatan yang mengakibatkan tubuh gagal bertumbuh secara maksimal, karena dipicu kekurangan gizi kronis pada masa 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) serta terdapat 46 Desa di Kabupaten Mojokerto masih mempunyai problematika kasus stunting.

Sekretaris DP2KBP2 Kabupaten Mojokerto, Siti Aisyah menegaskan bahwa untuk pengendalian hal tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas SDM.

“Stunting harus kita tekan, kita ingin SDM kita berkualitas. Jika SDM punya kecerdasan yang bagus, hal itu sebenarnya berkorelasi dengan volume otak dan tinggi badan juga. Jadi semuanya saling terkait,” ungkapnya.

Untuk itu DP2KBP2 Kabupaten Mojokerto akan menjalankan beberapa strategi pencegahan, dimana salah satunya membentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK).
“Stunting itu dimulai dari keluarga, pendekatan melalui keluarga di mana tim pendamping keluarga itu ada 3 unsur yaitu dari Kesehatan atau Bidan, Tim Penggerak PKK, dan Kader-kader yang ada di daerah,” beber Siti Aisyah.

Kemudian, perlu juga melibatkan kaum intelektual perguruan tinggi untuk peduli stunting.

“Kualitas SDM ditentukan dari 1000 hari pertama sejak kehamilan, meskipun tinggal di tempat tidak layak, tidak boleh ada stunting serta Keterlibatan kaum intelektual perguruan tinggi dirasa penting, jangkauannya pun akan secara luas menyentuh masyarakat hingga pelosok desa,”tegasnya.

Kembali dijelaskan Siti Aisyah, bahwa masih banyak perempuan yang tidak menyadari bahwa dirinya hamil atau datang untuk memeriksakan diri kepada dokter dalam kondisi sudah hamil selama 3 bulan.

“Padahal, masa kritis kehamilan terjadi saat janin usia sebelum 56 hari atau sekitar 8 minggu,” jelasnya.

Lanjutnya, resiko stunting pada balita tidak hanya menjadi tanggung jawab pihak perempuan saja, laki-laki juga harus mengambil peran dengan membiasakan hidup sehat 75 hari sebelum konsepsi dengan mengurangi atau berhenti merokok.

“Sperma berkualitas yang dibutuhkan untuk membuahi sel telur sudah terbentuk pada rentang waktu tersebut,” terangnya.

Menurut Siti Aisyah, prakonsepsi dan pemeriksaan kesehatan yang perlu dilakukan sejak tiga bulan sebelum menikah harus dilakukan sebagai bentuk upaya mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan saat kehamilan, seperti janin tumbuh dalam kondisi yang lambat.

“Pemeriksaan kesehatan harus dilakukan unyuk membantu ibu membantu ibu mencegah anak lahir dalam keadaan stunting (lahir dalam kondisi kerdil), yang dapat menyebabkan tumbuh kembang anak menjadi tidak maksimal, terganggunya intelektual anak serta rentan terkena penyakit saat menginjak usia dewasa,” ujar Siti Aisyah.

Pada umur 45 biasanya sakit kardiovaskuler seperti serangan jantung dan stroke.

“Jika dilihat sebabnya, stunting disebabkan oleh kurang sub optimal health atau sub optimal nutrition ceatau z di fasilitas kesehatan,” pungkas Siti Aisyah. (gan)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments