SIDOARJO, Xtimenews.com – Aditya Candra Glori Semesta (17), seorang pelajar SMK Informatika Tulangan, Sidoarjo yang mencari sampah untuk biaya sekolah, ternyata dulunya merupakan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau disebut dengan Difabel (Different Ability).
Menurut pengakuan Yuliani (37), ibu kandung Aditya, ia divonis sindrom autis dengan hiperaktif sejak usia 18 bulan. Namun seiring bertambahnya usia, sindrom tersebut mulai berkurang dalam diri pelajar kelas XII SMK itu.
“Waktu usia 18 bulan Adit dinyatakan difabel oleh dokter, namun Alhamdulillah, sejak kelas 1 SD (Sekolah Dasar) Adit mulai menunjukan perubahan lebih baik,” ucap Yuliani, Jum’at, (12/11/2021).
Kesembuhan Aditya tidak luput dari perjuangan seorang ibu yang telaten merawat dan mengantarkan terapi ke berbagai tempat, baik itu UPT Inklusi milik pemerintah maupun Klinik Psikologi swasta.
Mengenai rutinitas Aditya memungut sampah sepulang sekolah, Yuli mengaku awalnya ia tidak tahu jika anaknya melakukan hal itu. Yuli sempat curiga karena Aditya selalu pulang terlambat usai sekolah.
“Akhirnya dia mengaku setelah saya desak, Aditya mengaku kerja cari botol plastik di jalanan lalu dijual. Itu murni keinginan Aditya sendiri,” jelasnya.
Yuli dan suaminya tidak menentang niat anaknya untuk mandiri, mengingat Aditya merupakan anak difabel yang harus diarahkan. Yuli justru mendukung sambil mengarahkan minat sang anak meskipun dalam hati Yuli tak tega melihat anaknya melakukan hal tersebut.
“Anak difabel itu biasanya kalau punya kemauan pasti serius, susah dilarang. Akhirnya saya dukung sambil saya arahkan mana yang boleh dan tidaknya,” imbuh ibu tiga anak itu.
Menanggapi hal tersebut praktisi hukum Edy Tarigan, terketuk hatinya untuk membantu meringankan beban keluarga Aditya. Ia mengapresiasi semangat Aditya dalam berjuang untuk sekolah di tengah keterbatasan.
“Meskipun dalam keterbatasan dia tetap semangat berjuang untuk sekolah dan dia tetap mau belajar tanpa merasa minder meskipun setiap hari dia memungut sampah untuk biaya sekolah,” ujar Tarigan sapaan akrabnya.
Saya berharap, lanjutnya, semangat Aditya bisa dijadikan contoh untuk anak-anak muda lainnya. Tetap semangat berjuang untuk sekolah meskipun dalam keterbatasan,” pungkas Tarigan. (vin/gan)