SURABAYA, Xtimenews.com – Nama Bripka Popong Yulianto bagi warga masyarakat di Pulau Putri sebutan lain dari pulau bawean khususnya yang mata pencahariannya sebagai nelayan, adalah sosok “ pahlawan ekonomi “, sebab, Bintara polisi ini telah mengubah ekonomi nelayan di pulau bawean itu menjadi sejahtera.
Bripka Popong Yulianto tak hanya menjadikan pendapatan nelayan meningkat dari yang sebelumnya kekurangan, tetapi Bintara Polri ini juga mengubah perilaku nelayan di Pulau Bawean menjadi lebih mencintai lingkungan habitat laut, khususnya terumbu karang dan biota laut.
Beberapa tahun lalu, saat Popong pulang ke kampungnya di Bawean, melihat cara mencari ikan nelayan menggunakan putau atau putasium serta tumbak, padahal cara itu sangat merusak terumbu karang serta habitat lainnya yang ada di laut, selain itu ikan hasil tangkapan sudah dalam kondisi mati, karena teracuni obat atau tumbak sehingga harga jualnyapun relatif murah Rp 50 ribu/kg, padahal harga ikan di Surabaya atau Gresik, bisa tembus Rp 70 ribu sampai Rp 80 ribu/kg jika dalam kondisi hidup.
Melihat hal itu, Bripka popong merasa terpanggil untuk mencari solusi, yang pertama dilakukannya yaitu menghubungi dan berkoordinasi dengan salah satu eksportir ikan di Gresik dan Surabaya namun ia mengalami kesulitan.
“Kami benar-benar hampir putus asa karena berbulan-bulan mencari solusi itu tidak ketemu, sampai suatu ketika ada informasi yang memberitahukannya bahwa salah satu eksportir di wilayah Bandara Juanda, Sidoarjo,” Bripka Popong menceritakan perjuangannya bagi nelayan dikampung halamannya.
Berkat ketekunannya berkomunikasi dan melakukan pendekatan kepada beberapa orang yang mengerti bisnis ikan karapu sampai bertemu dengan seseorang menyampaikan bahwa kalau mau ikan kerapu harga mahal harus dijual hidup-hidup, pembelinya dari luar negeri dan harga katanya bisa Rp 500 ribu/kg sampai Rp 800 ribu/kg.
“Hati saya merasa plong, apalagi orang tersebut mau menjelaskan secara teknis,” sambung Popong.
Akhirnya, ia mendapat nomer telepon salah satu eksportir di luar negeri. “Untungnya saya sedikit bisa Bahasa Inggris, walau tidak sempurna. Selanjutnya, terjadilah transaksi pengiriman awalnya dalam jumlah kecil,” kata Bripka popong lagi.
Di situlah awal ia memberikan pemahaman kepada seluruh nelayan di Bawean bahwa Ikan kerapu bisa dijual mahal dalam kondisi masih hidup, untuk lebih meyakinkan para nelayan Bripka Popong menggandeng instansi terkait untuk memberikan penyuluhan kepada nelayan tentang tata cara menangkap ikan kerapu dengan benar tanpa menggunakan alat dan tidak merusak terumbu karang maupun membunuh habitat laut lainya.
Dari situ, kesadaran nelayan yang ada di Pulau Bawean untuk menjaga lingkungan laut mulai tumbuh. Bahkan mereka saling menjaga jangan ada yang merusak.
“Kami sangat bersyukur dan lega, karena jerih payah saya selama ini yang saya lakukan telah membuahkan hasil,” papar Popong.
Aksi nyata Bripka Popong diakui oleh sejumlah nelayan Bawean dan tokoh masyarakat serta Kades Sido Gedung Batu, Sdr. H. Supar, “Kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Popong, karena atas perjuanganya membantu nelayan, sehingga bisa meningkatkan ekonomi yang dulu pas-pasan kini sangat cukup.(dn/gan)