Jumat, November 22, 2024
BerandaPemerintahanPerahu Naga Susur Sungai Brantas, Penutup Festival Jalur Rempah Titik Simpul Jatim

Perahu Naga Susur Sungai Brantas, Penutup Festival Jalur Rempah Titik Simpul Jatim

MOJOKERTO, Xtimenews.com – Festival Jalur Rempah Titik Simpul Jatim yang digelar di Kota Mojokerto, pada 1-3 November ditutup dengan Festival Perahu Naga Susur Sungai Brantas.

Festival jalur rempah di luar dugaan menyita perhatian warga Kota Mojokerto. Antusias warga saat menyaksikan kegiatan ratusan anak muda menyajikan pentas sendra tari kolosal, pameran UMKM dan budaya. Semarak Festival Jalur Rempah di Kota Mojokerto mendapat apresiasi Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid.

Hilmar kagum dengan sambutan warga Kota Mojokerto. Ia juga takjub dengan keterlibatan banyak unsur masyarakat Kota Mojokerto terutama saat Festival Perahu Naga Susur Sungai Brantas. Keterlibatan semua unsur tersebut semakin memudahkan langkah kementerian untuk mempopulerkan jalur rempah.

Karena tujuan diadakannya festival ini adalah untuk kembali mengenalkan kepada masyarakat, terutama generasi muda akan kekayaan rempah di Indonesia “Sebagaimana diketahui bahwa di masa kerajaan, kekayaan rempah menjadi sebuah daya tarik saat itu. Nusantara tumbuh sebagai wilayah yang memiliki peran signifikan dalam perdagangan rempah dunia,” ujar Hilmar saat menutup Festival Jalur Rempah di Pendopo Sabha Krida Tama, Rumah Rakyat Kota Mojokerto, Rabu 3 November 2021.

Dalam festival ini, selain workshop menghadirkan tokoh nasional, agenda kegiatan dalam rangkaian festival tersebut yaitu pameran komoditi rempah, diskusi praktisi rempah, dan Festival Perahu Naga “Susur Sungai Berantas” sebagai penutup.

Tidak hanya Kota Mojokerto, tahun ini terdapat tiga titik pelaksanaan Festival Jalur Rempah titik simpul Jatim, yaitu Surabaya dan Kediri. Ketiga lokasi tersebut dipilih karena wilayahnya di lintasi sungai Brantas. Di mana oleh sejarah tercatat sebagai sungai yang memiliki peran cukup besar dalam transportasi perdagangan rempah.

“Kegiatan ini awal mulanya dari arahan Bapak Presiden Joko Widodo ketika mencanangkan Indonesia akan menjadi poros maritim dunia,” ujarnya.

Aspek penting poros maritim dunia ini lanjut Hilmar adalah kebudayaan. Dan sejak 2017, kementerian bertekad untuk mengidentifikasi lagi tapak-tapak jalur rempah yang usianya sangat tua untuk didaftarkan sebagai warisan dunia UNESCO.

Sejarah mencatat di jaman Majapahit dulu berhasil memerintah dan menguasai seluruh nusantara, dari Sabang sampai Merauke, sebagai bangsa yang berdaulat. Majapahit di bawah Hayam Wuruk adalah kerajaan maritim yang jaya, merupakan kekuasaan besar di Asia Tenggara. Keberhasilan Majapahit dalam mengembangkan teknologi bahari dengan membangun kapal bercadik menjadi tumpuan utama kekuatan armada lautnya.

Dalam prasasti disebutkan ada beberapa komoditi yang diperdagangkan di Jawa Timur khususnya sejak masa mpu sindok, Dharmawangsa Teguh, Airlangga sampai dengan kemudian pada masa Majapahit.

“Majapahit menguasai nusatara dengan teknologi perkapalan khususnya di daerah timur, bukti arkelogisnya adalah naskah sumpah palapa yang menyebutkan penguasa nusantara, tidak lain itu adalah bagaimana caranya Majapahit menguasai nusantara, dalam arti memonopoli perdagangan,” kata Koordinator festival jalur rempah titik simpul Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho.

Wicaksono yang juga menjabat sebagai arkeolog BPCB Jawa Timur menjelaskan, monopoli perdagangan komoditi rempah ini menjadi kunci untuk meningkatkan perekonomian atau kemakmuran.

Rempah merupakan hasil bumi yang dijadikan komoditi perdagangan. Karena dalam sejarah bagaimana kemudian bangsa Eropa menuju ke nusantara untuk mencari rempah. Hal ini yang menjadi dasar alasan Portugis dan VOC untuk juga mencoba menguasai nusantara.

“Kita lihat lagi bagaimana rempah itu kita maknai sebagai suatu komoditi yang merupakan harta karun dari Nusantara. Bagaimana kemudian tingkat perekonomian negara dibangun dengan menguasai perdagangan. Salah satu komoditi yang paling dicari dari nusantara adalah rempah,” jelasnya.

Oleh sebab itu, festival jalur rempah titik simpul Jawa Timur ini diharapkan bisa mendongkrak kembali rempah menjadi komoditi. Sistem perdagangan rempah dengan teknologi modern diharapkan bisa membangkitkan UMKM.

“Sekarang dari festival ini kita coba menggali sejarah itu dan mendudukkan rempah sebagai komoditi tapi dalam nuansa yang baru. Dimana tidak lagi kemudian rempah hanya dipandangi sebagai kunyit, tapi bagaimana kunyit kemudian di olah. Jadi tidak hanya bahan baku yang kita sajikan, tapi bagaimana dengan olahan kita menjual,” ungkapnya.(den/gan)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments