JAKARTA, Xtimenews.com – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, kedaulatan maritim tidak bisa dikompromikan.
Hal ini diungkapkan Luhut terkait isu teritorial Indonesia di Laut Natuna yan dalam beberapa waktu lalu kembali memanas.
“Mengenai kedaulatan maritim kita, tidak akan pernah kompromi dengan siapapun dan ini saya sampaikan,” tegas Luhut dalam Rapat Kerja (Raker), di Badan Anggaran di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (22/6/2020).
Kembali tekannya, negara manapun boleh saja berinvestasi di Indonesia. Namun terkait masalah teritorial tidak pernah sekalipun pemerintah mau melakukan kompromi.
“Kau boleh Investasi di negeriku, tapi kalau sudah menyangkut masalah territorial, ini identitas kita, tidak akan pernah ada diskusi mengenai itu,” beber Luhut.
Dia meminta, agar para anggota dewan tidak mencampuradukkan masalah investasi dengan masalah teritorial laut Natuna.
“Sebab, pemerintah akan bertindak tegas, jika batas teritorial negara diusik negara lain,” ulang Lubut menegaskan.
Sementara Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) I Laksamana Muda TNI Ahmadi Heri Purwono mengatakan, peningkatan pengamanan ini terkait dengan konflik yang terjadi antara China dan Amerika Serikat di Laut Natuna Utara.
Sebagai negara yang wilayahnya yang berada di kawasan konflik, menurutnya, sudah sewajarnya pemerintah Indonesia mengambil langkah mengamankan wilayah perairan Natuna Utara.
“Kita tempatkan 4 KRI, 2 jenis fregat dan 2 jenis korvet, adapun tugas mereka adalah melakukan penegakan kedaulatan hukum, masih banyak kapal-kapal asing yang masuk ke wilayah kedaulatan kita,” ungjap Ahmadi saat melakukan kunjungan kerja ke Tanjungpinang, Kepri, seperti dilansir Antara, Jumat (19/6/2020).
Menurutnya, keberadaan Kapal Perang Republik Indonesia di Laut Natuna Utara ini, untuk mengantisipasi dampak konflik di perairan tersebut.
“Tidak menutup kemungkinan, Natuna akan menjadi daerah persembunyian atau pendaratan negara yang sedang berkonflik,” cetusnya.
“Kita punya hak kedaulatan dan hak berdaulat, kita harus mempertahankan wilayah kita jangan sampai dia ganggu negara asing, agar nelayan jangan takut untyk melaut di natuna,” pinta Ahmadi.
Kembali dijelaskannya, saat ini situasi di Laut China Selatan semakin memanas.
Diaman ketegangan meningkat usai militer Amerika Serikat mengerahkan kapal-kapal perangnya ke wilayah itu.
Kabar terbaru, lanjutnya, Angkatan Laut dan Udara China memukul mundur USS Barry milik Amerika. Kapal perusak nuklir itu dikejar karena secara sengaja menerobos masuk ke wilayah teritorial China di sekitar perairan Pulau Xisha.
“Militer China menyebut jika perbuatan Amerika Serikat itu, sengaja dilakukan untuk memprovokasi,” ungkapnya.
Sambung Ahmadi, kondisi ini pula tentu dikhawatirkan akan berdampak terhadap aktivitas penangkapan ikan oleh para nelayan tradisional di Natuna.
“Jangan takut, nelayan tetap saja melakukan aktivitas seperti biasa melakukan penangkapan ikan. Kami dari TNI AL akan tetap mengawal kapal nelayan Indonesia saat menangkap ikan di laut,” tandas Ahmadi. (lg/gan)