MOJOKERTO, Xtimenews.com – Kasus pasien positif corona atau Covid-19 yang terus meningkat setiap harinya membuat pemerintah daerah (Pemda) Kabupaten Mojokerto mengeluarkan beberapa kebijakan, salah satunya imbauan untuk bekerja dan belajar dari rumah.
Selain itu Pemkab Mojokerto, juga mengeluarkan kebijakan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19, yakni pemberlakuan jam malam.
Bahkan Pemkab Mojokerto juga menyalurkan bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat.
Namun, penyaluran bansos itu dinilai tidak mereta, seperti yang dirasakan oleh puluhan sopir angkutan kota (angkot) Lyn jurusan Mojokerto-Mojosari.
Tak hanya berdampak pada para pekerja dan murid sekolah, kebijakan ini juga memiliki pengaruh besar bagi para supir angkot. Aktivitas perkantoran dan sekolah yang menjadi sepi membuat jumlah pemumpang mereka menurun drastis dan memengaruhi pendapatan mereka.
Mereka yang tergabung dalam paguyuban Koperasi Maju Mapan (MM) mengaku belum dapat bantuan sama sekali dari pemerintah maupun swasta. Sebanyak 36 sopir angkot jurusan Mojokerto-Mojosari pasrah menghadapi situasi sulit selama Pandemi Virus Corona atau Covid-19. Pendapatan mereka semakin berkurang bahkan nyaris tidak ada.
Ketua Paguyuban Lyn Jurusan MM, Suwari (55) menjelaskan, sebanyak 36 sopir Lyn jurusan MM terpaksa tetap beroperasi selama Pandemi karena tidak punya pilihan pekerjaan lainnya. Namun beberapa dari anggota memilih untuk tidak beroperasi karena susah mendapatkan penumpang. Mayoritas penumpang angkot ini adalah pedagang di pasar, anak sekolah dan pekerja pabrik.
“Ada 36 armada Lyn jurusan MM. Namun sejak masa Pandemi Covid-19 hanya tersisa sekitar 10 sampai 15 armada yang beroperasi. Apalagi sekolah libur, pariwisata tutup dan orang kerja pabrik sepi,” kata Suwari warga asal Desa Mergosari, Kecamatan Tarik, Sidoarjo kepada wartawan, Selasa (09/6/2020).
Di masa sulit seperti ini, lanjut Suwari, ia tidak bisa memenuhi target setoran kepada pemilik armada. Biasanya ia ditarget setoran 40 sampai 50 ribu.
“Kalau kondisi seperti ini ya tidak ada setoran, pemilik juga memahami. Kadang malah tekor untuk bahan bakar,” ujarnya.
Dari 36 anggotanya, Suwari mengaku belum mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah maupun pihak swasta. Hanya saja ada beberapa dari kelompoknya yang mendapatkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari Desa masing-masing. Ia hanya pernah mendapatkan sembako dari dermawan yang dibagikan di jalan.
“Pernah sembako berupa beras, minyak dan gula. Itupun pas bulan puasa di jalan ada yang bagi-bagi sembako,” jelasnya.
Suwari bersama dengan anggota paguyuban itu juga sudah mengajukan bantuan kepada Dinas Perhubungan dan perwakilan Organisasi Angkutan Darat (ORGANDA) di Mojokerto. Namun hingga saat ini belum ada tanggapan apapun.
“Beberapa waktu lalu kami serahkan data anggota kami lengkap dengan indentitas. Ya, sampai saat ini tidak ada kabar,” tegasnya.
Ia bersama anggotanya berharap pemerintah Kabupaten Mojokerto bisa membantu penderitaan para sopir yang belum tercover.
“Kami harap dari pihak pemerintah maupun pihak manapun bisa meringankan beban kami. Jika memang ada bantuan berharap kami diperhatikan,” pungkasnya.(den/gan)