TANJUNGBALAI, Xtremenews.com – Razia Penyakit Masyarakat (Pekat) yang dilaksanakan Dinas Sosial Kota Tanjungbalai dinilai hanya untuk menghabiskan anggaran pemerintah. Tudingan itu sesuai amatan beberapa wartawan yang ikut serta kelapangan memantau pelaksanaan razia tersebut, Rabu (01/05/2019) dini hari.
Dari pantauan wartawan, puluhan petugas razia Pekat yang dipimpin Dinsos Tanjungbalai, dibantu aparat setempat hanya merazia beberapa penginapan yang ada didaerah kilo meter 7 sementara itu masih banyak penginapan yang berada di daerah kilometer 7 tersebut yang sama sekali tidak disentuh atau di rajia.
Bahkan, informasi terkait razia itu diduga telah bocor terlebih dahulu sehingga lokasi penginapan dan kos-kosan yang diduga tempat maksiat sudah didapati kosong. Alhasil, pihak Dinsos hanya merazia 9 orang yang terdiri 6 perempuan, 3 orang laki-laki.
Pada saat diwawancarai Kabit Rehabilitasi sosial menyatakan 5 pasang. Dan menurut pantauan Wartawan dilapanggan itu tidak benar dan sangat mengada ngada.
“Kita selaku wartawan yang juga sebagai control sosial kecewa melihat pelaksanaan razia yang dilaksanakan Dinsos Tanjungbalai kali ini. Lokasi yang dirazia terkesan tebang pilih serta tidak merata dan hanya sebagian kecil lokasi tempat maksiat yang dirazia. Lebih banyak tempat lain yang tidak dirazia. Oleh karena itu, kita melihat razia ini seperti main main dan hanya formalitas saja untuk menghabiskan anggaran,” ucap Surya Eka Sinambela wartawan Metro 24 dan senada dengan Saufi Simangunsong wartawan TVRI usai razia.
Penilaian serupa juga dikatakan Muhammad Gani, wartawan Metro Asahan yang merasa razia Pekat tersebut hanya untuk formalitas dinas tersebut. “Saya juga merasa bahwa pelaksanaan razia kali ini ecek-ecek dan tidak sesuai harapan kita selaku masyarakat yang juga insan pers sebagai control sosial atas pemerintahan di Tanjungbalai ini,” ujarnya.
Menanggapi tudingan itu, Kadis Sosial M. Idris melalui Kabid Rehabilitasi Sosial Evan Feris, bungkam saat dimintai wartawan keterangannya usai razia terkait hal tersebut. Namun dirinya berdalih bahwa razia itu merupakan kegiatan rutin Dinsos yang dilaksanakan tiga kali selama setahun dalam rangka menyambut bulan ramadhan.
“Razia ini merupakan kegiatan rutin 3 kali dalam setahun. Sebanyak 5 pasang berhasil kita razia.” ucap Evan yang kemudian langsung bungkam tanpa kata kata saat wartawan mempertanyakan besaran anggaran pelaksanaan razia yang dinilai main-main sehingga terkesan hanya untuk menghabiskan anggaran pemerintah.
Besar harapan kita terhadap kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh Dinas sosial kota Tanjungbalai ini untuk melakukan pengamanan dalam menyambut bulan suci ramadhan ini berharap untuk tetap aman dan damai dalam menjalankan ibadah puasa, akan tetapi sangat disayangkan kegiatan yang dilaksanakan Dinas sosial kali ini selain tebang pilih juga terlihat seperti pormalitas saja.(Ilham/den/gan)